Minggu, 01 Desember 2013

Bagaimana Memaksimalkan Potensi kita?

1. Minta kepada Tuhan

Terkadang kita tidak tahu dimana kita punya keahlian, ataupun sebagian orang bertanya-tanya:
- Apakah keahlian yang saya miliki?
- Mengapa saya tidak punya keahlian?
- Mengapa banyak orang punya banyak keahlian, namun saya tidak?

Syarat Supaya Masuk Kerajaan Surga


Semua manusia tentunya telah mengetahui apa itu Surga. Kita sangat ingin masuk ke Kerajaan Surga. Namun terkadang kita juga berfikir gimana supaya dapat tinggal nantinya disana. Karna, jika kita berfikir jauh tentang kehidupan yang semakin hancur ini, yaitu kesusahan semakin banyak, usia yang semakin menurun, bencana alam yang semakin sering terjadi, dan kejahatan yang lainnya semakin merajalela membuat kita terkadang malas/bosan untuk hidup.



Saudara-saudari sekalian, Tuhan itu penuh belas kasihan. Dia yang adalah SEMPURNA akan menyempurnakan orang-orang yang mau untuk disempurnakan. Jika kita ingin supaya masuk Kerajaan Sorga, kita tentunya harus disempurnakan Bapa dulu.

Baiklah saudara-saudari sekalian, Syarat masuk Kerajaan Surga itu cuma lima huruf  yaitu KASIH.
Mungkin terkadang kita berfikir bahwa dengan mematuhi keSepuluh Hukum TUHAN itu kita telah dapat mewarisi Kerajaan Surga. Namun dapat kita ketahui, bahwa kasihlah diatas segala isi hukum taurat.

Seperti ada tertulis, Yohanes 14:15 "Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku".

Jika kita telah mengasihi Tuhan, tentunya secara sendirinya kita telah menuruti apa yang terdapat pada hukum taurat.

Kasihilah sesamamu seperti Tuhan telah mengasihi kamu.
Dengan mengasihi sesama maka sesama kita telah merasa bahwa mereka telah diperhatikan, dan pastinya mereka akan mengasihi sesama nya seperti dia yang telah dikasihi...
Maka seluruh manusia secara tidak sadar dengan sendirinya telah saling mengasihi, dan membuat hati Tuhan menjadi senang. Akhirnya kita telah dapat mewarisi Kerajaan Surga...

Manusia tidak dapat hidup sendiri, jadi Tuhan akan memperhatikan orang-orang yang mengasihi sesamanya, dan Tuhan akan mewariskan Kerajaannya buat kita..

Pembuatan Natrium Tiosulfa



Pembuatan Natrium Tiosulfat

Tujuan

Mepelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.

Landasan Teore


Sulfit ,SO32- ,kelarutan hanya sulfit dari logam alkali dan sdari amonium larutan dalam air. Sulfit dan logam lainnya larut sangat sedikit atau tidak larut. Hidrogen sulfit dari logam alkali tanah hanya dikenal dalam larutan (vogel, 1985 : 320-321)
Belerang mempunyai kesamaan sifat dengan oksigen antara lain yaitu, kedua membentuk senyawa ionik dengan logam aktif, dan keduanya membentuk senyawa ionik dengan logam aktif,dan keduanya membentuk senyawa kovalen seperti H2S dan H2O,CS2,SCl2,dan Cl2O.Tetapi,beberapa faktor yang membuat berbeda antara lain adalah panjang ikatan kofalen tunggal O adalah 74 pm dan S adalah 104 pm,elektronegatifitas O adalah 3,5 dan S hanya 2,6 (Sugiarto, 2004 : 221)
Ion tiosulfat mirip dengan ion sulfat kecuali bahwa salah satu oksigen diganti dengan atom Belerang (tio-merupakan awalan yang berarti belerang). Kedua atom belerang ini mempunyai lingkungan yang sama sekali berbeda”tambahan” atom belerang bertindak mirip sebagai ion sulfida. Tingkat oksidasi bagi atom belerang pusat adalah +5, Sedangkan bagi atom belerang “tambahan” adalah -1. Natrium tiosulfat pentahidrat dapat diprepasi dengan mudah dengan mendidikan belerang dalam larutan sulfit menurut persamaan reaksi:
 S2O32-(aq)®SO32-(aq) + S(s)

Ion tio sulfat tidak stabil oleh pemanasan disproporsionasimenjadi tiga spesies dengan tingkat oksidasi belerang yang berbeda-beda yaitu sulfat,sulfida,dan belerang menurut persamaan reaksi :
 3Na2 SO4(s) + 4S(s)®4Na2 S2O3(s)
Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan kuning belerang dan gas belerang dioksidasi menurut persamaan reaksi :
 H2S2O3(aq) + 2H2O(e)®S2O32-(aq) + 2H3O+
 H2O(e) + S(s) + S2(g)®H2S2O3(aq)
Natrium tio sulfat dalam laboratorium berguna untuk titrasi redoks, misalnya pada iodometri, yaitu untuk menentukan kadar iodin dalam suatu larutan.(Sugiarto,2004 : 228-229)
Asam tiosulfat tidak stabil pada suhu kamar, Asam ini dipisahkan pada suhu 78oC dari persamaan reaksi :
 H2S2O3®SO3 + H2S
Atau dari reaksi
 H2S2O3 + HCl®HO3SCl + H2S
p dari S-OpMolekul gas sulfur tioksida SO3 memiliki struktur segitiga datar dapat mengalami resonansi dengan melibatkan ikatan -
O O O

S S S

O O O O O O
Adanya orbital P untuk ikatan dan orbital d kosong dari S menyebabkan panjang S-O sangat pendek yaitu 1,43 A. Ion tio sulfat memiliki struktur [ S – SO3 ]2- dengan panjang gelombang ikatan S-S dan S-O masing-masing 1,99 + 0,10 dan 1,48 + 0,6oA, panjang ikatan S-S mendekati panjang S-O menunjukkan bahwa dalam ikatan S-S juga terlibat ikatan II (pi). (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010 : 5).
Tio sulfat, S2O32- kelarutan : kebanyakan tio sulfat yang pernah dibuat, larut dalam air, tio sulfat dari timbel,perak dan barium larut sedikit sekali.Banyak dari larutan tio sulfat ini larut dalam larutan Natrium tiosulfat yang berlebih,membuat garam kompleks (vogel, 1985 : 325).
Natrium tiosulfat merupakan garam berhidrat dengan rumus kimia Na2S2O3, 5H2O, padatan kristal tak berwarna,larut dalam air, dan dapat berfungsi sebagai zat pereduksi. Digunakan untuk pembuat larutan baku sekunder,v sebagai anti klor (untuk mengganti sisa klor yang dapat merusak sisa tekstil), da ndalam fotografi/ penyeblonan larutan garam ini dikenal dengan hipo sebagai fiksir (untuk melarutkan senyawa perak halida). Ti 48oC ; d 1,7 (Mulyono, 2005 : 209).
Dalam bidang kedokteran Natrium tiosulfat digunakan sebagai penangkal keracunan sianida, tiosulfat bertindak sebagai donor sulfur untuk konvensi sianida tiosianat (yang kemudian dapat aman dieksresikan dalam urin, dikatalisis oleh enzim rhodanase Natrium tiosulfat juga digunakan untuk menurunkan kadar klorin dikolam renang dan spa berikut klorinasi super, serta untuk menghilangkan noda yodium, misalnya setelah ledakan triiode Nitrogen. (Anonim, 2010)
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) dapat dibuat dari H2SO4. H2SO4 adalah asam yang sangat penting digunakan dalam industri kimia. H2SO4 mencair pada suhu 10,5oC membentuk cairan kental. Asam tiosulfat H2SO3 tidak dapat dibentuk dengan menambahkan asam kedalam tiosulfat karena pemisahan asam bebas dalam air kedalam campuran S, H2S, H2Sn, SO2 dan H2SO3
 H2S2O3®H2S + SO3
Garam yang bisa disebut tiosulfat stabil dan berjumlah banyak. Tiosulfat dibuat dengan memanaskan alkali / larutan sulfat dengan S dan juga dengan mengoksidasi polisulfida dengan air seperti deaksi berikut :
 H2S2O3®Na2S2O3 + S
 2 H2S2O3 + 2S®2 NaS3 + 3O2
Selain itu natrium tiosulfat dapat dibuat dari SO2 dengan reaksi sebagai berikut :
 SO3(g)®2 SO2 (aq) + O2 (g)
Kemudian direaksikan dengan Na2S3 dan H2O, reaksi :
 2 NaHS3 + CO2®2 SO2 + Na2CO3
Produk ( NaHSO3) direaksikan lagi dengan Na2S3, reaksi :
 2 Na2SO3 + CO2 + H2O®2 NaHS3 + Na2CO3
Terakhir Na2SO3 direaksikan dengan S dengan bantuan pemanasan, reaksi :
 Na2S2O3®Na2SO3 + S
(Amonium, 2010 : 1-2 )

Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung reaksi 6 Buah
2. Rak tabung reaksi 1 Buah
3. Gelas ukuran 10 ml 1 Buah
4. Gelas ukuran plastik 50 ml 1 Buah
5. Cawan penguap 1 Buah
6. Alat refluks (labu refluks + pendingin) 1 Set
7. Pengaduk kaca 1 Buah
8. Pipet tetes 4 Buah
9. Pembakar spiritus 1 Buah
10. Penjepit kayu 1 Buah
11. Gelas kimia 100 ml 1 Buah
12. Statif dan klem
13. Botol somprot 1 Buah
14. Corong biasa 1 Buah
15. Kaki tiga, kasa asbes 1 Buah

Bahan
1. Larutan Na2S2O3 0,5 M
2. Larutan HCl encer
3. Kristal Na2S2O3 . 5 H2O
4. Serbuk S
5. Na2SO3
6. Larutan I2 0,2 N
7. Aquadest
8. Es batu
9. Tissue

Langkah Kerja


Pembuatan Natrium tiosulfat pentahidrat
  1. Menimbang 25 gram natrium sulfit dan 4 gram serbuk belerang
  2. Mencampur natrium sulfit dan serbuk Belerang tersebut ke dalam gelas kimia, ditambahkan aquadest 15 ml, kemudian diaduk.
  3. Memasukkan campuran tersebut ke dalam labu refluks kemudian direfluks selama 1 jam.
  4. Menyaring campuran dengan corong biasa selagi masih panas.
  5. Menguapkan filtrat yang diperoleh hingga terbentuk kristal.
  6. Menimbang kristal yang diperoleh.

Mempelajari Sifat kimia natrium tiosulfat
Pengaruh pemanasan
 Memanaskan 1 gram kristal natrium tiosulfat pentahidrat dalam tabung reaksi.ü
 Mengamati apa yang terjadiü

Reaksi dengan iod
Melarutkan 1 gram kristal natrium tiosulfat dengan 10 ml dan mereaksikan dengan iod secara berlebih.
Mengamati yang terjadi.

Pengaruh asam encer
Mereaksikan 3 ml larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer dengan volume yang sama.
Mengamati isi tabung.
Mencium bau yang ditimbulkan.

Hasil Pengamatan

Pembuatan natrium tiosulfat diaduk pentahidrat
25 g Na2SO3 + 4 g Serbuk Belerang + 15 ml H2O > suspensi berwarna kuning direfluks larutan disaring filtrat bening diuapkan kristal ditimbang 7,1 gram.

Mempelajari sifat kimia natrium tiosulfat
Pengaruh pemanasan.
1 g Kristal Na2SO3. 5 H2O dipanaskan meleleh
Reaksi dengan iod
 larutan bening® larutan bening + 2 ml(coklat) I2 ®1 g Na2SO3 . 5 H2O + 10 ml H2O
Pengaruh asam encer
 larutan bening + endapan berwarna kuning dan berbau tengik®3 ml Na2S2O3 + 3 ml HCl encer

Analisis Data
Diketahui :
M Na2SO3 = 25 gram
Mr Na2SO3 = 126 g/mol
M S8 = 4 gram
V H2O = 10 ml
Mr H2O = 18 g/mol
M Na2S2O3 . 5 H2O praktek = 7,2 g
Ditanyakan :
 Rendemen Na2S2O3 . 5 H2O =...............?%
Penyelesaian :
 8 Na2S2O3 . 5 H2O®8 Na2SO3 + S8 + 5 H2O
 Mol Na2SO3 = Massaü
Mr
= 25 gram
126 g/mol
= 0, 1984 mol
 Mol S8 = Massaü
Mr
= 4 gram
256 g/mol
= 0, 0156 Mol
 Mol H2O = Massaü
Mr
= 1 g/ml x 10 ml
18 g/mol
= 0,56 mol
 Mol Na2S2O3.5H2O = 8/1 x mol S8ü
= 8 x 0,0156 mol
= 0,1248 mol
 Mol Na2S2O3 yang bereaksi = 8 x mol S8ü
= 8 x 0,0156 mol
= 0,1248 mol
 Mol H2O yang bereaksi = 5 x 0,0156 molü
= 0,0780 mol
 8 Na2S2O3 . 5 H2O®8 Na2SO3 + S8 + 5 H2O
Mula-mula: 0,1948 0,0156 0,56 -
Bereaksi : 0,1248 0,0156 0,078 0,1248
Sisa : 0,0736 - 0,492 0,1248
 Berat teori Na2S2O3. 5 H2O = mol sisa x Mrü
= 0,1248 g x 248 g/mol
= 30,950 g
 % Rendemen Na2S2O3. 5 H2O = Berat praktek x 100 %ü
Berat teorig
= 7,1 g x 100 %
30,950 g
= 22,94 %

Pembahasan

Pembuatan Natrium tiosulfat pentahidrat
Pada percobaan ini Natrium tiosulfat diperoleh dengan mereaksikan antara natrium sulfit (Na2SO3) dengan Sulfur dalam bentuk S8. Kedua senyawa ini direfluks dengan melarutkannya dalam air. Sebelum dimasukkan dalam labu refluks kedua senyawa dicampur dan diaduk terlebih dahulu dengan penambahan air beberapa mililiter sampai terbentuk suspensi, ini dilakukan agar serbuk sulfur tidak mengapung jika dimasukkan ke dalam labu refluks. Kemudian ditambahkan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan yang besar pada saat pemanasan. Proses refluks dilakukan pada percobaan ini agar struktur molekul sulfur yang membentuk cincin yang mengandung 8 atom (S8) dapat diputuskan, sehingga dapaat bereaksi dengan natrium sulfit. Agar pemutusan cincin S8 ini berlangsung dengan sempurna, maka proses refluks dilakukan selama 1 jam.
Setelah direfluks larutan disaring agar terpisah dari zat pengotornya. Larutan tersebut disaring dalam keadaan panas untuk mencegah terbentuknya kristal dalam kertas saring. Setelah disaring. Setelah disaring, filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan sampai terbentuk kristal. Proses penguapan ini untuk menghilangkan molekul air yang bukan pentahidrat. Adapun kristal yang diperoleh adalah kristal yang berwarna putih, sesuai dengan warna kristal Na2S2O3 yang sebenarnya. Setelah ditimbang, massa kristal Na2S2O3 yang diperoleh adalah 7,1 gram dengan rendemen 22,94 %. Nilai rendemen yang diperoleh kecil, karena pada saat pencampuran Na2SO3 dan S8 dalam gelas kimia tersebut, tidak semuanya masuk ke dalam labu refluks. Demikian juga pada saat setelah direfluks, dan disaring ke dalam cawan penguap, masih ada sedikit zat yang tertinggal dalam labu refluks tersebut. Sehingga hanya sedikit kristal yang diperoleh.
Adapun reaksi yang berlangsung pada pembuatan Na2S2O3 ini adalah :
 8 Na2S2O3 + 5 H2O®8 Na2SO3 + S8 + 5 H2O

Mempelajari sifat natrium tiosulfat
Pengaruh pemanasan
Percobaan selanjutnya, yaitu mengetahui pengaruh pemanasan terhadap natrium tiosulfat pentahidrat. Diperoleh bahwa kristal natrium tiosulfat pentahidrat meleleh jika dipanaskan. Jika dibandingkan dengan natrium tiosulfat dekahidrat,maka natrium tiosulfat pentahidrat lebih cepat meleleh karna natrium tiosulfat dekahidrat lebih banyak mengandung air. Tiosulfat disini bersifat hidroskopis.
 Na2S2O3(aq) + 5H2O(e)®Na2S2O3 . 5 H2O(s)
 Na2S2O3(aq) + 10 H2O(e)®Na2S2O3 . 10 H2O(s)

Reaksi dengan iod
Kristal Na2S2O3 . 5 H2O yang dilarutkan dengan air, ditambahkan dengan larutan iod berlebih menghasilkan larutan berwarna bening. Perubahan warna iod ini menunjukkan terjadinya reaksi redoks :
 2 I-®Reduksi : I2 + 2 e
 S4O62- + 2e®Oksidasi : 2 S2O32-
 S4O62- + 2I®2 S2O32- + I2
 2 NaI + Na2S4O6®Jadi : 2 Na2S2O3 + I2
Dari reaksi diatas terlihat bahwa natrium tiosulfat mereduksi iod.

Pengaruh asam encer
Pada percobaan ini larutan Natrium tiosulfat direaksikan dengan HCl encer menghasilkan larutan berwarna kuning dengan endapan putih & juga berbau tengik. Adapun reaksinya adalah :
 H2S2O3 + 2 NaCl®Na2S2O3 + 2 HCl
 + H2O¯ + S ­ SO2 ®H2S2O3
Asam klorida berfungsi untuk menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan sulfur. Itulah sebabnya pada reaksinya menimbulkan bau tengik yang merupakan gas SO2.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
  1. Natrium tiosulfat pentahidrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan natrium sulfit dan belerang dengan air.
  2. Massa natrium tiosulfat yang diperoleh yaitu 7,1 gram dengan rendemen sebesar 22,94 %
  3. Natrium tiosulfat bersifat hidrokopis.
  4. Ion tiosulfat dapat mereduksi iod membentuk ion tetrationat .
  5. Sulfur dapat dibebaskan dengan penambahan HCl encer pada natrium tiosulfat.
Saran
  1. Lebih teliti dalam memperhatikan kebersihan alat yang digunakan.
  2. Pencampuran dan pengadukan natrium tiosulfat dan serbuk belerang dengan air sebaiknya dilakukan dengan labu refluks, agar semua larutan dapat terpakai dan tidak ada yang tertinggal jika dilarutkan dulu dalam gelas kimia.
Daftar Pustaka


Anatomi, 2010. Pembuatan Natrium Tiosulfat online (http://aboutchemistry21.blogspot.com/¬) Diakses tanggal April 2010-05-29
Kristian sugiarto, 2004. Kimia anorganik I. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Kimia FMIDA UNY.
Mulyono, 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara.
Tim Dosen Kimia, 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar : Jurusan FMIPA UNM.








Peranan kimia dalam pertanian
 Peranan kimia dalam pertanian

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai peranan kimia dalam pertanian yaitu fungsi dan pengaruh unsur hara dala tanah serta macam-macam pupuk buatan. Berikut uraian Peranan kimia dalam pertanian.
1. Fungsi dan Pengaruh Unsur Hara
Pada dasarnya, makhluk hidup, baik manusia, hewan, dan tanaman memerlukan makanan untuk tumbuh dan berkembang biak. Tanaman mengambil makanan dari tanah. Tanah yang gembur dan subur dapat menghasilkan tanaman yang subur (perhatikan Gambar 10.17). Kesuburan tanaman merupakan akibat dari terpenuhinya kebutuhan berbagai senyawa dan mineral, yang disebut unsur hara.
Pemenuhan kebutuhan unsur hara dari pupuk menjadikan tanaman subur
Gambar 10.17 Pemenuhan kebutuhan unsur hara dari pupuk menjadikan tanaman subur.
Unsur-unsur C, H, dan O sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk senyawa CO2 dan H2O. Senyawa CO2 diserap dari udara melalui klorofil daun, sedangkan H2O diserap dari tanah melalui akar. Unsur-unsur lain diserap dari tanah melalui akar. Unsur N terdapat banyak di udara dalam bentuk N2, tetapi tidak dapat digunakan langsung karena tanaman pada umumnya menggunakan unsur N dalam bentuk senyawa nitrat. Selain itu, pada tanaman kacang tanah, akarnya dapat mengikat langsung gas N2 dari udara. Unsur N diperlukan tanaman untuk pertumbuhan, terutama untuk pembentukan batang dan daun. Secara khusus, unsur N berguna untuk pembentukan protein, lemak, dan enzim. Kekurangan unsur N dapat menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kerdil. Unsur lain yang banyak diperlukan adalah fosfor dan kalium. Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk pembentukan akar dan asimilasi tanaman. Kekurangan unsur fosfor dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan pertumbuhan juga terhambat. Unsur kalium berguna untuk pembentukan protein dan karbohidrat melalui peningkatan proses fotosintesis bersama-sama dengan unsur Mg. Selain itu, unsur K dapat memperkuat bunga dan buah sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Kekurangan unsur K dapat menimbulkan daun mengerut dan keriting serta timbul bercak cokelat kemerah-merahan yang akhirnya layu, mengering, dan mati. Selama pertumbuhan, tanaman mengambil unsur-unsur N, P, dan K dari tanah. Tanaman yang tidak dikonsumsi oleh manusia akan mati dan mengembalikan unsur-unsur tersebut ke dalam tanah. Pada lahan tanah yang tanamannya dipanen akan mengalami kekurangan unsur-unsur tersebut. Dengan kata lain, lahan pertanian sudah berkurang kesuburannya. Pada pola pertanian tradisional, para petani menanam polongpolongan guna mengembalikan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan akar polong-polongan mampu mengikat nitrogen dari udara dan diubah menjadi senyawa amonia dengan bantuan bakteri tanah. Untuk lahan sangat luas, pola tradisonal dinilai kurang ekonomis. Sebagai upaya pengganti penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, pakar kimia mengembangkan material, dinamakan pupuk.
2. Macam-macam Pupuk Buatan
Tujuan pemupukan adalah untuk menyempurnakan kebutuhan unsur-unsur hara bagi tanaman. Gambar 10.18 merupakan kegiatan pemupukan yang dilakukan manusia untuk menyempurnakan unsur hara yang terkandung di dalam tanah dan bermanfaat bagi tanaman.
Kegiatan pemupukan pada lahan pertanian
Gambar 10.18 Kegiatan pemupukan pada lahan pertanian.
a. Kadar Nitrogen dalam Pupuk
Jenis pupuk nitrogen yang banyak digunakan adalah pupuk urea dan pupuk ZA (amonium nitrat). Kadar nitrogen dalam pupuk urea sekitar 46,7%. Kadar ini cukup tinggi untuk tanaman sehingga penggunaan urea harus tepat. Agar mudah dalam penggunaan pupuk nitrogen perlu diubah dari bentuk padat menjadi pelet seperti pada Gambar 10.19.
Pupuk nitrogen padat
Gambar 10.19 Pupuk nitrogen padat di ubah menjadi pelet sehingga mudah disemprotkan.
Tabel 10.4 Kadar Nitrogen dalam Pupuk
Pupuk
Kadar Nitrogen
Urea
±45%
ZA
± 20%
Urea diproduksi melalui reaksi antara amonia dan karbon dioksida pada suhu 140°C dan tekanan 100 atm. Persamaan reaksinya:
2NH3(g) + CO2(g) →NH2CONH2(s) + H2O(l)
Dalam air, urea bersifat netral dan mudah larut. Urea dikonsumsi oleh tanaman tidak langsung, tetapi harus diubah dulu menjadi senyawa nitrat oleh bakteri tanah. Pupuk ZA dihasilkan dari reaksi antara amonia dan asam nitrat, persamaan reaksinya:
NH3(g) + HNO3(aq) →NH4NO3(s)
Pupuk ZA dapat dikonsumsi langsung oleh tanaman. Akan tetapi, kendalanya dalam air, pupuk ZA bersifat asam sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu, pupuk ZA kurang tepat dipakai sebagai pupuk dasar, kecuali dicampur dengan kapur agar tanah menjadi netral.
Siklus nitrogen di udara
Gambar 10.20 Siklus nitrogen di udara
Kedua jenis pupuk nitrogen tersebut menggunakan bahan baku amonia. Di industri, amonia disintesis dari gas nitrogen yang berasal dari udara. Hal ini menunjukkan alam merupakan sumber bahan industri pupuk yang salah satunya siklus nitrogen seperti pada Gambar 10.20.
b. Kadar Fosfor dalam Pupuk
Sumber utama untuk pembuatan pupuk yang mengandung unsur fosfor adalah deposit batuan yang mengandung fosfat, yaitu kalsium fosfat (Ca3PO4). Batuan fosfat tidak digunakan langsung sebagai pupuk karena tidak larut dalam air. Batuan fosfat terlebih dahulu diolah dengan menambahkan asam sulfat untuk mengubah bentuk ion PO43– menjadi bentuk ion H2PO4. Reaksi kimianya:
Ca3(PO4)2(s)+2H2SO4(aq)+4H2O(l)→Ca(H2PO4)2(s)+2(CaSO4.2H2O)(s)
Pupuk fosfor yang dibuat dengan cara di atas disebut pupuk superfosfat. Di pasaran, dikenal dengan nama pupuk ES (Enkel Superfosfat). Pupuk ES berupa padatan berwarna keabu-abuan. Pupuk ini kurang diminati petani karena mahal dan kadar fosfornya rendah. Jika asam yang digunakan sebagai pereaksi adalah asam fosfat (H3PO4) maka reaksi yang terjadi:
Ca3(PO4)2(s) + 4H3PO4(aq) →3Ca(H2PO4)2(s)
Pupuk yang terbentuk dinamakan pupuk TSP (Tripel Superfosfat). Pupuk TSP berupa butiran yang mudah larut dalam air. Oleh karena itu, agar pupuk ini tidak ikut terbawa air hujan, pemakaiannya harus dikubur dalam tanah agak dalam. Pupuk fosfat dapat juga diproduksi dalam bentuk senyawa yang mengandung nitrogen, yaitu senyawa amonium fosfat [(NH4)H2PO4 dan (NH4)2HPO4]. Pupuk ini dibuat melalui reaksi amonia dan asam fosfat.
Tabel 10.5 Kadar Fosfor dalam Pupuk
Pupuk
Kadar Fosfor
ES
±20%
TSP
± 50%
c. Kadar Kalium dalam Pupuk
Jenis pupuk kalium yang beredar di pasaran dikenal dengan nama pupuk KCl dan pupuk ZK. Pupuk ZK adalah senyawa kalium sulfat (K2SO4). Kedua jenis pupuk ini berbentuk butiran berwarna putih. Di pasaran, kedua pupuk ini dibedakan menurut kadar kaliumnya karena kedua pupuk ini tidak murni, tetapi mengandung pengotor. Kadar kalium dalam kedua pupuk tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.6.
Tabel 10.6 Kadar Kalium dalam Pupuk
Pupuk
Kadar Kalium
ZK 90
±45%
ZK 96
± 50%
KCl 80
± 50%
KCl 90
± 53%
Selain pupuk yang mengandung satu macam unsur hara, masih ada jenis pupuk lain yang merupakan campuran unsur-unsur hara seperti pupuk NP (mengandung unsur N dan P) dan pupuk NPK (mengandung unsur N, P, K). Komposisinya dapat dilihat pada Tabel 10.7.
Tabel 10.7 Beberapa Jenis Pupuk Campuran
Jenis Pupuk
Diamofos
Sendawa
NPK
Nitrofoska
Rustika
Kadar N(%)
20
13
15
16
15
Kadar P(%)
50
15
16
15
Kadar K(%)
44
10
21
15
Oleh karena unsur K berperan dalam proses fosforilasi bersama-sama dengan unsur Mg maka industri pupuk membuat pupuk campuran yang mengandung unsur Mg. Misalnya, pupuk kalium magnesium sulfat yang mengandung sekitar 25% K dan 10% Mg. Pupuk yang harus dipakai oleh petani bergantung pada kesuburan tanah dan jenis tanaman yang akan diberi pupuk. Oleh sebab itu, sebelum menggunakan pupuk tertentu perlu mengetahui dulu kesuburan tanah (kadar unsur hara yang terdapat dalam tanah) dan jenis tanaman yang akan ditanamnya. Untuk itu, para petani tradisional perlu diberi penyuluhan tentang pemakaian jenis pupuk dan penyuluh perlu meneliti terlebih dulu kadar unsur hara yang terdapat di dalam tanah agar jenis pupuk (kadar unsur hara dalam pupuk) yang akan diberikan cocok dengan jenis tanaman yang akan ditanamnya.

Bahan Kimia untuk Pertanian Organik
Pertanian organik bukan berarti tidak menggunakan bahan kimia. Terdapat beberapa bahan kimia yang diperbolehkan dipakai untuk pertanian organik. Bahan kimia yang diperbolehkan tersebut berasal dari alam sehingga aman digunakan.
Pertanian organik mengimplikasikan bahwa makanan ditumbuhkan dan dihasilkan tanpa campur tangan bahan kimia. Bagaimanapun, sementara buatam pupuk kimia, pestisida, dan herbisida menghilang dari pertanian organik, hal tersebut bukan berarti makanan bebas dari bahan kimia.
Pertanian organik memungkinkan untuk menggunakan bahan kimia yang berasal dari alam. Banyak botani dan mineral yang berasal dari kimia digunakan sebagai pupuk dan pestisida pada produksi organik.
Sementara bahan kimia ini masih berbahaya, bahan kimia ini dipertimbangkan lebih alami daripada bahan kimia yang digunakan petani tradisional. Petani organik biasanya bekerja keras untuk memastikan mereka tidak membutuhkan bahan kimia dengan memulai melalui tanah yang baik dan serangga yang menguntungkan.
Negara berbeda memilki regulasi yang berbeda terhadap bahan kimia yang dapat digunakan agar tetap disebut organik. Berikut merupakan bahan popular yang diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat.
1. Neem
Berasal dari pohon yang tumbuh di India, neem merupakan pestisida yang berefek-lambat yang baik digunakan pada hasil pertanian dan bukan untuk dimakan. Neem dapat digunakan untuk mengontrol ngengat gipsi, lalat putih pada ubi ketela, kutu putih, ulat, dan serangga jenis lainnya. Neem tidak bersifat racun terhadap mamalia.
2. Nikotin Sulfat
Bahan kimia ini berasal dari tembakau, nikotin sulfat merupakan racun bagi serangga dan hewan berdarah panas. Pastikan Anda memakai sarung tangan jika menggunakan bahan kimia ini. Nikotin sulfat dapat digunakan untuk membasmi kutu dan tungau laba-laba, tapi jangan digunakan pada bunga.
3. Pyrethrum
Mungkin yang paling sering digunakan sebagai bahan kimia pada perkebunan organik adalah Pyrethrum. Bahan kimia ini berasal dari chrysanthemums. Pyrethrum merupakan insektisida yang kuat dan mampu menaklukan serangga (tetapi tidak diharapkan terbunuh) dengan cepat. Bahan kimia ini sangat aman bagi manusia. Faktanya, beberapa mengatakan, Anda dapat menggunakannua sembari panen. Terdapat versi sintetik Pyrethrum yang tidak digunakan dalam pertanian organik.
4. Rotenon
Rotenone berasal dari tanaman yang termasuk keluarga Leguminoceae. Rotenone digunakan untuk mengontrol ulat memakan ramput.
5. Sabadilla
Sabadilla berasal dari biji lili dipertimbangkan sebagai pestisida organik paling beracun. Pestisida ini sangat efektif untuk ulat, serangga labu, dan bau. Debu sabadilla dapat mengiritasi, jadi gunakan perlindungan jika Anda bekerja dengan pestisida alami ini.
6. Sulfur
Mineral sulfur mungkin adalah pestisida tertua dan digunakan untuk mengobati jamur, karat hawar, busuk buah dan daun. Beberapa serangga seperti tungau laba-laba sensitif terhadap sulfur. Sulfur dapat digunakan seperti bubuk atau cairan. Sulfur dapat mengiritasi mata, tidak berbahaya terhadap manusia dan mamalia lainnya.
Bahan kimia lainnya yang berasal dari alam yang dapat digunakan sebagai pupuk adalah makanan alfalfa, kotoran kelelawar, makanan darah, makanan tulang, dan gypsum. Bahan-bahan tersebut dan aditif lainnya dapat digunakan di tanah dan tanaman yang tumbuh.
Tidak semua bahan kimia yang kita kenal berbahaya bagi pertanian. Anda dapat menelitinya sebelum menggunakan di rumah, di kantor, dan di mana saja

Diposkan oleh edi susanto di 10.09























titrasi oksidimetri

B. TUJUAN : Membuat dan Menentukan (Standarisasi) Larutan Na2S2O3
C. DASAR TEORI
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau asam arsenit) (Bassett, 1994).
Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Svehla, 1997).
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Day & Underwood, 1981).
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama sehingga boraks atau natrium seringkali ditambahkan sebagai pengawet.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan. Berat ekivalen dari Na2­S2O3.5H2O adalah berat molekularnya 248,17 karena satu electron persatu molekul hilang. Jika pH dari larutan diatas 9 tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat.
4I2 + S2O32- + 5 H2O → 8 I - + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin oksidasi menjadi sulfat tidak muncul , terutama jika Iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksidasi kuat seperti garam permanganate,garam dikromat dan garam serium(IV) mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat ,namun reaksinya tidak kuantitatif.
Dalam standarisasi larutan-larutan tiosulfat sejumlah substansi dapat dipergunakan sebagai standar-standar primer untuk larutan-larutan tiosulfat. Iodn murni adalah standar yang paling jelas namun jarang digunakan karena kesulitan dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan adalah standar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodine dari iodide,sebuah iodometrik.
Kalium iodat dan kalium bromat megoksidasi iodide secara kuantitatif menjadi iodine dalam larutan asam.
IO3- + 5I + 6H+ → 3I 2 + 3H2O
BrO3- + 6 I- + 6H+ → 3 I2 + Br - + 3H2O
Reaksi iodatnya berjalan cukup cepat ,reaksi ini juga hanya membutuhkan sedikit kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih lambat namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion hydrogen biasanya sejumlah kecil ammonium molibda ditambah sebagai katalis.
Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahwa berat ekivalen mereka kecil. Dalam setiap kasus berat ekivalen adalah seperenam dari berat molecular dimana berat ekivalen KIO3 adalah 35,67 dan KBrO3 adalah 27,84 untuk menghindari kesalahan yang besar dalam menimbang,petunjuk-petunjuk biasa mensyaratkan penimbangan sebuah sample yang besar pengenceran di dalam labu volumetric dan menarik mundur alikuot. Garam kalium asam iodat ,KIO3 ,­ HIO3 dapat juga dipergunakan sebagai standar primer namun berat ekivalennya juga kecil seperduabelas dari berat molekulrnya atau 32,49.
Iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara relative merupakan reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan triodida(KI3)
I2 + 2e → 2I –
Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi ia larut dalam larutan KI harus disimpan pada tempat yang dingin dan gelap . berkurangnya iodium dan akibat penguapan dan oksidsi udara menyebabkan banyak kesalahan dalm analisis dapat distandarisasi dengan Na2S2O3.5H2O yang lebih dahulu distandarisasi dengan senyawa lain.
Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/amilum. Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002).

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day & Underwood, 1981).
Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi dengan natrium thiosulfat maka:
I3- + 2S2O32 - → 3I- + S4O62-
Selama reaksi zat antara S2O32- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai
S2O32- + I3- → S2O3I- + 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi:
S2O3I- + S2O32 - → S4O62- +I3-
Reaksi berlangsung baik dibawah pH = 5,0 (Khopkar, 2002).
Jika suatu zat pengoksid kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih biasa) larutan asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir bereaksi sebagai zat prereduksi, dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan dibebaskan, lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya natrium thiosulfat (Bassett, 1994).
Potensial reduksi dari zat-zat tertentu naik banyak sekali dengan naiknya konsentrasi ion-hidrogen dari larutan. Inilah halnya dalam sistem-sistem yang mengandung permanganat, dikromat, arsenat, antimonat, borat dan sebagainya yakni, dengan anion-anion yang mengandung oksigen dan karenanya memerlukan hidrogen untuk reduksi lengkap. Banyak anion pengoksid yang lemah direduksi lengkap oleh ion iodida, jika potensial reduksi merekanaik banyak sekali karena adanya jumlah besar asam dalam larutan (Bassett, 1994).
Dua sumber sesatan yang penting dalam titrasi yang melibatkan iod adalah:
1. Kehilangan iod yang disebabkan oleh sifat mudah menguapnya yang cukup berarti
2. Larutan iodida yang asam dioksidasi oleh oksigen di udara:
4I- + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O
Reaksi diatas lambat dalam larutan netral tetapi lebih cepat dalam larutan berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodida pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan direduksi oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
2HNO2 + 2H+ + 2I- → 2NO + I2 + 2H2O
4NO + O2 + 2H2O → 4HNO2
Kalium iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini bereaksi dalam larutan berasam untuk membebaskan iodium:
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
(Day & Underwood, 1981).

D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Labu ukur 100 mL
Pipet gondok 10 mL
Erlenmeyer 250 mL
Pipet tetes
Buret

Bahan :
Larutan KIO3 sebagai larutan baku
Air suling
Larutan Na2S2O3 ± 0,1 N
KI 20%
HCl 4 N
larutan kanji
Larutan H2SO4
Amonium molibdat 3%
Pemutih (bayclin sebagai aplikasinya)

E. CARA PELAKSANAAN :
Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,1 Dan
Pembuatan larutan KIO3 sebagai larutan baku
Timbang 0,1 Dan KIO3 sebanyak 0,37 gr dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Larutkan dengan air suling dan encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur sempurna.
Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,1 N dengan KIO3
Bilas dan isi buret dengan larutan Na2S2O3 ± 0,1 N. Pipet dengan pipet seukuran (pipet gondok) 10 mL larutan KIO3 ± 0,1 N, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 4 mL KI 20% dan 1 mL HCl 4 N. Iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna menjadi kuning muda, kemudian ditambahkan kanji dan dititrasi terus sampai warna biru hilang. Baca dan catat angka pada buret saat awal dan akhir titrsi, tentukan dan catat volume larutan natrium tiosulfat yang digunakan dalam titrasi. Hitung konsentrasi larutan natium tiosulfaat.
Ulangi titrasi sampai 3 kali menggunakan volumelarutan natrium tiosulafat yang sama. Hitung konsentrasi lautan natrium tiosulfat rata-rata.
Aplikasi menggunakan pemutih (bayclin)
1. Pembuatan larutan KIO3 sebagai larutan baku
Timbang 0,1 Dan KIO3 sebanyak 0,37 gr dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Larutkan dengan air suling dan encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur sempurna.
2. Penentuan (standarisasi) pemutih (bayclin) dengan KIO3
Bilas dan isi buret dengan larutan Na2S2O3 ± 0,1 N. Pipet dengan pipet tetes sebanyak 2 mL, masukkan dalam Erlenmeyer dan tambah 75 mL air suling, ditambah 0,3 gr KI, tambah 2 mL H2SO4 1:6 dan tambah 3 tetes ammonium molibdat 3%. Iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna menjadi kuning muda, kemudian ditambahkan kanji dan dititrasi terus sampai warna biru hilang. Baca dan catat angka pada buret saat awal dan akhir titrsi, tentukan dan catat volume larutan natrium tiosulfat yang digunakan dalam titrasi. Hitung konsentrasi larutan natium tiosulfaat.
Ulangi titrasi sampai 3 kali menggunakan volumelarutan natrium tiosulafat yang sama. Hitung konsentrasi lautan natrium tiosulfat rata-rata.

F. ANALISIS DATA
1. Pembuatan Larutan KIO3
Sebanyak 0,37 gram KIO3 dalam bentuk serbuk putih dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL kemudian ditambah air suling(aquades) tidak berwarna dikocok hingga larut sempurna kemudian ditambahkan air lagi hingga tanda batas maka diperoleh 100 mL larutan KIO3 tidak berwarna 0,0172M atau kalau dibulatkan sekitar 0,02 M.

Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3
Dari 100 mL larutan KIO3 tidak berwarna yng telah dibuat diambil 10 mL dengan menggunakan pipet seukuran (pipet gondok) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambah

4 mL KI 20% tidak berwarna kemudian ditambah lagi dengan 1 mL HCl 4N tidak berwarna penambahan ini bertujuan untuk menjadikan suasana asam. Dari penambahan-penambahan yang dilakukan dihasilkan larutan berwarna coklat kekuningan kemudian larutan ini dititrasi dengan larutan Na2S2O3 tidak berwarna hingga larutan berwarna kuning muda. Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah dengan 4 tetes larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah warna menjadi biru hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi sebagai indicator. Kemudian titrasi dilanjutkan lagihingga warna biru tepat hilang hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan telah menjadi I­- . percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volum Na2S­2O3 yang digunakan sebagai berikut:
V1 = 7,2 mL , V2 = 7,1 mL , V3 = 7,0 mL. sehingga perhitungannya sbb
Persamaan reaksinya:
2 IO3- + 12 H+ + 10 e → I 2 + 6 H2O x 1
2 I - → I2 + 2e x 5
2 IO3- + 12 H+ + 10 I-- → 6 I2 + 6 H2O
I2 + 2e → 2I-
2 S2O3 2 - → 2e + S4O62-
2S2O32- + I2 → S4O62- + 2 I -
Massa KIO3 yang digunakan adalah 0,37 gram , Mr = 214,0042 dan n = 6
N KIO3 = gram . n
Mr . V
= 0,37 x 6
214,0042 . 0,1
= 0,1037 N
Pada percobaan pertama
mKIO­3 = 0, 37 gram
V Na2S2O4 = 7,2 mL
molek KIO3 = molek Na2S2O3
N1 . V1 = N 2 . V2
0,1037 . 10 = N2 . 7,2
N Na 2 S 2O 3 = 0,1440 N
Pada percobaan kedua
mKIO3 = 0,37 gram
V Na2S2O4 = 7,1 mL
molek KIO3 = molek Na2S2O3
0,1037 . 10 = N2 . 7,1
N Na 2 S 2O 3 = 0,1460 N

Pada percobaan ketiga
mKIO3 = 0,37 gram
V Na2S2O4 = 7,0 mL
molek KIO3 = molek Na2S2O3
N1 . V1 = N 2 . V2
0,1037 . 10 = N2 . 7,0
N Na 2 S 2O 3 = 0,1481 N
Jadi N rata – rata Na2S2O3 yang diperoleh dari ketiga percobaan ini adalah 0,146 N. Normalitas yang dihasilkan ini digunakan untuk mencari data pada percobaan berikutnya.

Aplikasi Titrasi Iodometri Dengan menentukan kadar Cl2 pada pemutih(bayclin)
Dengan mengukur berat jenis pemutih (bayclin) diperoleh massa pikno 20 gram dan massa kotor pemutih 75 gram sehingga massa pemutih adalah 55 gram dengan volum 50 mL sehingga diperoleh berat jenis pemutih sebesar 1,1 gram/mL. kemudian dari 50 mL diambil 2 mL dari pemutih (tidak berwarna) dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambah aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat kemudian ditambah 0,3 gram KI berupa serbuk putih sehingga dihasilkan larutan berwarna coklat kekuningan kemudian ditambah lagi lagi dengan 2 mL H2SO4(tidak berwarna) dengan tujuan untuk menjadikan suasana asam serta ditambahkan juga dengan 3 tetes Amonium molibdat 3% (tidak berwarna) sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Dari penambahan-penambahan yang dilakukan ini diperoleh larutan berwarna coklat tua dan terdapat endapan. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 tidak berwarna sampai larutan berwarna kuning muda dan endapan menghilang. Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah dengan 5 mL larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah warna menjadi ungu kehitaman hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi sebagai indicator. Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga warna ungu kehitaman tepat hilang hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan telah menjadi I­- . percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volum Na2S­2O3 yang digunakan sebagai berikut:
V1 = 16,6 mL , V2 = 19,7 mL , V3 = 17,7 mL. sehingga perhitungannya sbb:
Cl2 + 2 I - → 2Cl - + I2
I 2 + 2 S2O32 - → S4O 62 - + 2 I-
Pada percobaan pertama
massa sampel = V x ρ
= 2 x 1,1
= 2,2 gram

molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 16,6 = molek Cl2
2,4236 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0024 x 35,5
1
= 0,0852 gram
% massa Cl2 = massa Cl2 x 100%
massa sampel
= 0,0852 x 100%
2,2
= 3,8727 %
= 3,88 %


Pada percobaan Kedua
massa sampel = V x ρ
= 2 mL x 1,1 gram/mL
= 2,2 gram

molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 19,7 = molek Cl2
2,8762 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0029 x 35,5
1
= 0,1029 gram
% massa Cl2 = massa Cl2 x 100%
massa sampel
= 0,1029 x 100%
2,2
= 4,6772 %
= 4,68 %

Pada percobaan Ketiga
massa sampel = V x ρ
= 2 mL x 1,1 gram/mL
= 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 17,7 = molek Cl2
2,5842 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0026 x 35,5
1
= 0,0923 gram

% massa Cl2 = massa Cl2 x 100%
massa sampel
= 0,0923 x 100%
2,2
= 4,1954 %
= 4,19 %
Jadi kadar rata-rata Cl2 dalam sampel pada percobaan ini adalah sekitar 4,25 %

Perhitungan kesalahannya adalah:
Kesalahan % = (∆ X/Xrata-rata) x 100%
Diketahui : X maks = 4,68 % = 0,0468
X min = 3,88 % = 0,0388

Penyelesaian :
∆X = (Xmaks – Xmin)/2
= (0,0468-0,0388)/2
= 0,008/2 = 0,004
X rata-rata = (Xmaks + Xmin)/2
= (0,0468 + 0,0388)/2
= 0,0428
Kesalahan% =(0,004/0,0428) x 100%
= 9,3458 %
= 9,36 %

DISKUSI
1. Untuk menentukan titik akhir suatu titrasi harus dilakukan secara cermat dan teliti , kelebihan larutan Na2S2O3 sedikit saja saat titik akhir sudah tercapai akan membuat larutan Erlenmeyer tidak berwarna padahal seharusnya berwarna kuning muda dan sebaliknya apabila larutan Na2S2O3 masih kurang maka warna kuning yang diinginkan tidsk sesuai karena warnanya kurang muda(terlalu pekat), sehingga akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan untuk menentukan normalitas Na2S2O3. Titik akhir titrasi tidak jauh berbeda dengan titik ekivalennya, namun karena faktor keterbatasan indera penglihatan membuat titik akhir titrasi tidak tepat dengan titik ekivalennya.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai normalitas sebagai larutan baku adalah 0,1037 N, sedangkan nilai normalitas larutan Na2S2O3 rata-rata adalah 0,146 N
2. Untuk aplikasi iodometri yaitu penentuan kadar ­Cl2 dalam pemutih(bayclin) diperoleh kadar rata-rata ­ sebesar 4,25 %

Senin, 14 September 2009

tugas puskim

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-lnTsBtvY6t2ffHW0EXBZZDuy-ydEdlltsaJBjsoy_IPrb_9TOOI_2n8S5nUPt-4v366aHwappCTMpbwbDhGF4neVzZ-f-bWn2ypSVpNkEtZKIpeW-GD8WLAbQ-kSF6z8VG8skXGowwg/s320/3.jpg
Tugas awal
  1. Sebutkan 5 contoh literatur primer dan sekunder yang anda ketahui!
  2. Tuliskan 2 alamat situs sumber informasi kimia, 2 alamat direktori internet dan 2 alamat mesin pencari!
  3. Jelaskan 2 macam protokol internet!
  4. Definisikanlah istilah ”Basis data”!
  5. Sebutkan perbedaaan antara www dan internet!
JAWAB :
  1. literatur primer adalah informasi yang diperoleh secara langsung dari ”tangan pertama.”
contoh: laporan penelitian, buku teks, laporan hasil seminar,tesis, artikel yang dimuat di majalah atau surat kabar.
Literatur sekunder yaitu segala jenis tulisan atau informasi yang diperoleh dari sumber informasi kedua
Contoh: buku indeks, bibliografi, katalog perpustakaan,ensiklopedia, buku atau majalah seri atau abstrak.
  1. Dua situs sumber informasi kimia
*Kimia
http://www.sumanasinc.com/ webcontent/anisamples/chemistry/chemistry
*Tabel periodik
http://kimiakitaonline.com yaitu situs yang berisi informasi kimia, jurnal,software, tutorial dan dictionary situs yang berhubungan dengan kimia
http://kimia Indonesia.com , merupakan situs kimia indonesia yang memuat artikel kimia, jurnal, olimpiade kimia Indonesia, profil nobel kimia, tabel periodik,dll
*Reaksi kimia
Alamat direktori internet :