Tujuan
Mepelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.
Landasan Teore
Sulfit ,SO32- ,kelarutan hanya sulfit dari logam alkali dan sdari amonium
larutan dalam air. Sulfit dan logam lainnya larut sangat sedikit atau tidak
larut. Hidrogen sulfit dari logam alkali tanah hanya dikenal dalam larutan
(vogel, 1985 : 320-321)
Belerang mempunyai kesamaan sifat dengan oksigen antara lain yaitu, kedua
membentuk senyawa ionik dengan logam aktif, dan keduanya membentuk senyawa
ionik dengan logam aktif,dan keduanya membentuk senyawa kovalen seperti H2S dan
H2O,CS2,SCl2,dan Cl2O.Tetapi,beberapa faktor yang membuat berbeda antara lain
adalah panjang ikatan kofalen tunggal O adalah 74 pm dan S adalah 104
pm,elektronegatifitas O adalah 3,5 dan S hanya 2,6 (Sugiarto, 2004 : 221)
Ion tiosulfat mirip dengan ion sulfat kecuali bahwa salah satu oksigen diganti
dengan atom Belerang (tio-merupakan awalan yang berarti belerang). Kedua atom
belerang ini mempunyai lingkungan yang sama sekali berbeda”tambahan” atom
belerang bertindak mirip sebagai ion sulfida. Tingkat oksidasi bagi atom
belerang pusat adalah +5, Sedangkan bagi atom belerang “tambahan” adalah -1.
Natrium tiosulfat pentahidrat dapat diprepasi dengan mudah dengan mendidikan
belerang dalam larutan sulfit menurut persamaan reaksi:
S2O32-(aq)
®SO32-(aq) + S(s)
Ion tio sulfat tidak stabil oleh pemanasan disproporsionasimenjadi tiga spesies
dengan tingkat oksidasi belerang yang berbeda-beda yaitu sulfat,sulfida,dan
belerang menurut persamaan reaksi :
3Na2 SO4(s) + 4S(s)
®4Na2
S2O3(s)
Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan kuning belerang dan gas
belerang dioksidasi menurut persamaan reaksi :
H2S2O3(aq) + 2H2O(e)
®S2O32-(aq)
+ 2H3O+
H2O(e) + S(s) + S2(g)
®H2S2O3(aq)
Natrium tio sulfat dalam laboratorium berguna untuk titrasi redoks, misalnya
pada iodometri, yaitu untuk menentukan kadar iodin dalam suatu
larutan.(Sugiarto,2004 : 228-229)
Asam tiosulfat tidak stabil pada suhu kamar, Asam ini
dipisahkan pada suhu 78oC dari persamaan reaksi :
H2S2O3®SO3
+ H2S
Atau dari reaksi
H2S2O3 + HCl®HO3SCl
+ H2S
p dari S-OpMolekul
gas sulfur tioksida SO3 memiliki struktur segitiga datar dapat mengalami
resonansi dengan melibatkan ikatan -
O O O
S S S
O O O O O O
Adanya orbital P untuk ikatan dan orbital d kosong dari S
menyebabkan panjang S-O sangat pendek yaitu 1,43 A. Ion tio sulfat memiliki
struktur [ S – SO3 ]2- dengan panjang gelombang ikatan S-S dan S-O
masing-masing 1,99 + 0,10 dan 1,48 + 0,6oA, panjang ikatan S-S mendekati
panjang S-O menunjukkan bahwa dalam ikatan S-S juga terlibat ikatan II (pi).
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010 : 5).
Tio sulfat, S2O32- kelarutan : kebanyakan tio sulfat yang
pernah dibuat, larut dalam air, tio sulfat dari timbel,perak dan barium larut
sedikit sekali.Banyak dari larutan tio sulfat ini larut dalam larutan Natrium
tiosulfat yang berlebih,membuat garam kompleks (vogel, 1985 : 325).
Natrium tiosulfat merupakan garam berhidrat dengan rumus
kimia Na2S2O3, 5H2O, padatan kristal tak berwarna,larut dalam air, dan dapat
berfungsi sebagai zat pereduksi. Digunakan untuk pembuat larutan baku
sekunder,v sebagai anti klor (untuk mengganti sisa klor yang dapat merusak sisa
tekstil), da ndalam fotografi/ penyeblonan larutan garam ini dikenal dengan
hipo sebagai fiksir (untuk melarutkan senyawa perak halida). Ti 48oC ; d 1,7 (Mulyono,
2005 : 209).
Dalam bidang kedokteran Natrium tiosulfat digunakan
sebagai penangkal keracunan sianida, tiosulfat bertindak sebagai donor sulfur
untuk konvensi sianida tiosianat (yang kemudian dapat aman dieksresikan dalam
urin, dikatalisis oleh enzim rhodanase Natrium tiosulfat juga digunakan untuk
menurunkan kadar klorin dikolam renang dan spa berikut klorinasi super, serta
untuk menghilangkan noda yodium, misalnya setelah ledakan triiode Nitrogen.
(Anonim, 2010)
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) dapat dibuat dari H2SO4. H2SO4
adalah asam yang sangat penting digunakan dalam industri kimia. H2SO4 mencair
pada suhu 10,5oC membentuk cairan kental. Asam tiosulfat H2SO3 tidak dapat
dibentuk dengan menambahkan asam kedalam tiosulfat karena pemisahan asam bebas
dalam air kedalam campuran S, H2S, H2Sn, SO2 dan H2SO3
H2S2O3®H2S
+ SO3
Garam yang bisa disebut tiosulfat stabil dan berjumlah
banyak. Tiosulfat dibuat dengan memanaskan alkali / larutan sulfat dengan S dan
juga dengan mengoksidasi polisulfida dengan air seperti deaksi berikut :
H2S2O3®Na2S2O3
+ S
2 H2S2O3 + 2S®2
NaS3 + 3O2
Selain itu natrium tiosulfat dapat dibuat dari SO2 dengan
reaksi sebagai berikut :
SO3(g)®2
SO2 (aq) + O2 (g)
Kemudian direaksikan dengan Na2S3 dan H2O, reaksi :
2 NaHS3 + CO2®2
SO2 + Na2CO3
Produk ( NaHSO3) direaksikan lagi dengan Na2S3, reaksi :
2 Na2SO3 + CO2 +
H2O®2 NaHS3 + Na2CO3
Terakhir Na2SO3 direaksikan dengan S dengan bantuan
pemanasan, reaksi :
Na2S2O3®Na2SO3
+ S
(Amonium, 2010 : 1-2 )
Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi 6 Buah
2. Rak tabung reaksi 1 Buah
3. Gelas ukuran 10 ml 1 Buah
4. Gelas ukuran plastik 50 ml 1 Buah
5. Cawan penguap 1 Buah
6. Alat refluks (labu refluks + pendingin) 1 Set
7. Pengaduk kaca 1 Buah
8. Pipet tetes 4 Buah
9. Pembakar spiritus 1 Buah
10. Penjepit kayu 1 Buah
11. Gelas kimia 100 ml 1 Buah
12. Statif dan klem
13. Botol somprot 1 Buah
14. Corong biasa 1 Buah
15. Kaki tiga, kasa asbes 1 Buah
Bahan
1. Larutan Na2S2O3 0,5 M
2. Larutan HCl encer
3. Kristal Na2S2O3 . 5 H2O
4. Serbuk S
5. Na2SO3
6. Larutan I2 0,2 N
7. Aquadest
8. Es batu
9. Tissue
Langkah Kerja
Pembuatan Natrium tiosulfat pentahidrat
- Menimbang
25 gram natrium sulfit dan 4 gram serbuk belerang
- Mencampur
natrium sulfit dan serbuk Belerang tersebut ke dalam gelas kimia, ditambahkan
aquadest 15 ml, kemudian diaduk.
- Memasukkan
campuran tersebut ke dalam labu refluks kemudian direfluks selama 1 jam.
- Menyaring
campuran dengan corong biasa selagi masih panas.
- Menguapkan
filtrat yang diperoleh hingga terbentuk kristal.
- Menimbang
kristal yang diperoleh.
Mempelajari Sifat kimia natrium tiosulfat
Pengaruh pemanasan
Memanaskan 1 gram kristal natrium
tiosulfat pentahidrat dalam tabung reaksi.ü
Mengamati apa yang terjadiü
Reaksi dengan iod
Melarutkan 1 gram kristal natrium tiosulfat dengan 10 ml dan mereaksikan dengan
iod secara berlebih.
Mengamati yang terjadi.
Pengaruh asam encer
Mereaksikan 3 ml larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer dengan
volume yang sama.
Mengamati isi tabung.
Mencium bau yang ditimbulkan.
Hasil Pengamatan
Pembuatan natrium tiosulfat diaduk pentahidrat
25 g Na2SO3 + 4 g Serbuk Belerang + 15 ml H2O > suspensi berwarna kuning
direfluks larutan disaring filtrat bening diuapkan kristal ditimbang 7,1 gram.
Mempelajari sifat kimia natrium tiosulfat
Pengaruh pemanasan.
1 g Kristal Na2SO3. 5 H2O dipanaskan meleleh
Reaksi dengan iod
larutan bening® larutan bening + 2 ml(coklat) I2
®1 g Na2SO3 . 5 H2O + 10 ml
H2O
Pengaruh asam encer
larutan bening + endapan berwarna kuning
dan berbau tengik®3 ml
Na2S2O3 + 3 ml HCl encer
Analisis Data
Diketahui :
M Na2SO3 = 25 gram
Mr Na2SO3 = 126 g/mol
M S8 = 4 gram
V H2O = 10 ml
Mr H2O = 18 g/mol
M Na2S2O3 . 5 H2O praktek = 7,2 g
Ditanyakan :
Rendemen Na2S2O3 . 5 H2O
=...............?%
Penyelesaian :
8 Na2S2O3 . 5 H2O®8 Na2SO3 + S8 + 5 H2O
Mol Na2SO3 = Massaü
Mr
= 25 gram
126 g/mol
= 0, 1984 mol
Mol S8 = Massaü
Mr
= 4 gram
256 g/mol
= 0, 0156 Mol
Mol H2O = Massaü
Mr
= 1 g/ml x 10 ml
18 g/mol
= 0,56 mol
Mol Na2S2O3.5H2O = 8/1 x mol S8ü
= 8 x 0,0156 mol
= 0,1248 mol
Mol Na2S2O3 yang bereaksi = 8 x mol S8ü
= 8 x 0,0156 mol
= 0,1248 mol
Mol H2O yang bereaksi = 5 x 0,0156 molü
= 0,0780 mol
8 Na2S2O3 . 5 H2O®8 Na2SO3 + S8 + 5 H2O
Mula-mula: 0,1948 0,0156 0,56 -
Bereaksi : 0,1248 0,0156 0,078 0,1248
Sisa : 0,0736 - 0,492 0,1248
Berat teori Na2S2O3. 5 H2O = mol sisa x
Mrü
= 0,1248 g x 248 g/mol
= 30,950 g
% Rendemen Na2S2O3. 5 H2O = Berat
praktek x 100 %ü
Berat teorig
= 7,1 g x 100 %
30,950 g
= 22,94 %
Pembahasan
Pembuatan Natrium tiosulfat pentahidrat
Pada percobaan ini Natrium tiosulfat diperoleh dengan mereaksikan antara
natrium sulfit (Na2SO3) dengan Sulfur dalam bentuk S8. Kedua senyawa ini
direfluks dengan melarutkannya dalam air. Sebelum dimasukkan dalam labu refluks
kedua senyawa dicampur dan diaduk terlebih dahulu dengan penambahan air
beberapa mililiter sampai terbentuk suspensi, ini dilakukan agar serbuk sulfur
tidak mengapung jika dimasukkan ke dalam labu refluks. Kemudian ditambahkan
batu didih untuk mencegah terjadinya letupan yang besar pada saat pemanasan.
Proses refluks dilakukan pada percobaan ini agar struktur molekul sulfur yang
membentuk cincin yang mengandung 8 atom (S8) dapat diputuskan, sehingga dapaat
bereaksi dengan natrium sulfit. Agar pemutusan cincin S8 ini berlangsung dengan
sempurna, maka proses refluks dilakukan selama 1 jam.
Setelah direfluks larutan disaring agar terpisah dari zat pengotornya. Larutan
tersebut disaring dalam keadaan panas untuk mencegah terbentuknya kristal dalam
kertas saring. Setelah disaring. Setelah disaring, filtrat yang diperoleh
kemudian diuapkan sampai terbentuk kristal. Proses penguapan ini untuk
menghilangkan molekul air yang bukan pentahidrat. Adapun kristal yang diperoleh
adalah kristal yang berwarna putih, sesuai dengan warna kristal Na2S2O3 yang
sebenarnya. Setelah ditimbang, massa kristal Na2S2O3 yang diperoleh adalah 7,1
gram dengan rendemen 22,94 %. Nilai rendemen yang diperoleh kecil, karena pada
saat pencampuran Na2SO3 dan S8 dalam gelas kimia tersebut, tidak semuanya masuk
ke dalam labu refluks. Demikian juga pada saat setelah direfluks, dan disaring
ke dalam cawan penguap, masih ada sedikit zat yang tertinggal dalam labu
refluks tersebut. Sehingga hanya sedikit kristal yang diperoleh.
Adapun reaksi yang berlangsung pada pembuatan Na2S2O3 ini adalah :
8 Na2S2O3 + 5 H2O®8 Na2SO3 + S8 + 5 H2O
Mempelajari sifat natrium tiosulfat
Pengaruh pemanasan
Percobaan selanjutnya, yaitu mengetahui pengaruh pemanasan terhadap natrium
tiosulfat pentahidrat. Diperoleh bahwa kristal natrium tiosulfat pentahidrat meleleh
jika dipanaskan. Jika dibandingkan dengan natrium tiosulfat dekahidrat,maka
natrium tiosulfat pentahidrat lebih cepat meleleh karna natrium tiosulfat
dekahidrat lebih banyak mengandung air. Tiosulfat disini bersifat hidroskopis.
Na2S2O3(aq) + 5H2O(e)®Na2S2O3 . 5 H2O(s)
Na2S2O3(aq) + 10 H2O(e)®Na2S2O3 . 10 H2O(s)
Reaksi dengan iod
Kristal Na2S2O3 . 5 H2O yang dilarutkan dengan air, ditambahkan dengan larutan
iod berlebih menghasilkan larutan berwarna bening. Perubahan warna iod ini
menunjukkan terjadinya reaksi redoks :
2 I-®Reduksi
: I2 + 2 e
S4O62- + 2e®Oksidasi : 2 S2O32-
S4O62- + 2I®2 S2O32- + I2
2 NaI + Na2S4O6®Jadi : 2 Na2S2O3 + I2
Dari reaksi diatas terlihat bahwa natrium tiosulfat mereduksi iod.
Pengaruh asam encer
Pada percobaan ini larutan Natrium tiosulfat direaksikan dengan HCl encer
menghasilkan larutan berwarna kuning dengan endapan putih & juga berbau
tengik. Adapun reaksinya adalah :
H2S2O3 + 2 NaCl®Na2S2O3 + 2 HCl
+ H2O¯
+ S SO2 ®H2S2O3
Asam klorida berfungsi untuk menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan
sulfur. Itulah sebabnya pada reaksinya menimbulkan bau tengik yang merupakan
gas SO2.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
- Natrium
tiosulfat pentahidrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan natrium sulfit
dan belerang dengan air.
- Massa
natrium tiosulfat yang diperoleh yaitu 7,1 gram dengan rendemen sebesar
22,94 %
- Natrium
tiosulfat bersifat hidrokopis.
- Ion
tiosulfat dapat mereduksi iod membentuk ion tetrationat .
- Sulfur
dapat dibebaskan dengan penambahan HCl encer pada natrium tiosulfat.
Saran
- Lebih
teliti dalam memperhatikan kebersihan alat yang digunakan.
- Pencampuran
dan pengadukan natrium tiosulfat dan serbuk belerang dengan air sebaiknya
dilakukan dengan labu refluks, agar semua larutan dapat terpakai dan tidak
ada yang tertinggal jika dilarutkan dulu dalam gelas kimia.
Daftar
Pustaka
Anatomi, 2010. Pembuatan Natrium Tiosulfat online
(http://aboutchemistry21.blogspot.com/¬) Diakses tanggal April 2010-05-29
Kristian sugiarto, 2004. Kimia anorganik I. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan
Kimia FMIDA UNY.
Mulyono, 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara.
Tim Dosen Kimia, 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar : Jurusan
FMIPA UNM.
Peranan
kimia dalam pertanian
Peranan kimia dalam
pertanian
Dalam tulisan ini akan dibahas
mengenai peranan kimia dalam pertanian yaitu fungsi dan pengaruh unsur hara
dala tanah serta macam-macam pupuk buatan. Berikut uraian Peranan kimia dalam
pertanian.
1. Fungsi dan Pengaruh Unsur Hara
Pada dasarnya, makhluk hidup, baik
manusia, hewan, dan tanaman memerlukan makanan untuk tumbuh dan berkembang
biak. Tanaman mengambil makanan dari tanah. Tanah yang gembur dan subur dapat
menghasilkan tanaman yang subur (perhatikan Gambar 10.17). Kesuburan
tanaman merupakan akibat dari terpenuhinya kebutuhan berbagai senyawa dan
mineral, yang disebut unsur hara.
Gambar
10.17 Pemenuhan kebutuhan unsur hara dari
pupuk menjadikan tanaman subur.
Unsur-unsur C, H, dan O sebagian
besar dikonsumsi dalam bentuk senyawa CO2 dan H2O.
Senyawa CO2 diserap dari udara melalui klorofil daun, sedangkan H2O
diserap dari tanah melalui akar. Unsur-unsur lain diserap dari tanah melalui
akar. Unsur N terdapat banyak di udara dalam bentuk N2, tetapi tidak
dapat digunakan langsung karena tanaman pada umumnya menggunakan unsur N dalam
bentuk senyawa nitrat. Selain itu, pada tanaman kacang tanah, akarnya dapat
mengikat langsung gas N2 dari udara. Unsur N diperlukan tanaman
untuk pertumbuhan, terutama untuk pembentukan batang dan daun. Secara khusus,
unsur N berguna untuk pembentukan protein, lemak, dan enzim. Kekurangan unsur N
dapat menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kerdil. Unsur lain yang banyak
diperlukan adalah fosfor dan kalium. Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk
pembentukan akar dan asimilasi tanaman. Kekurangan unsur fosfor dapat
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan pertumbuhan juga terhambat. Unsur kalium
berguna untuk pembentukan protein dan karbohidrat melalui peningkatan proses
fotosintesis bersama-sama dengan unsur Mg. Selain itu, unsur K dapat memperkuat
bunga dan buah sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Kekurangan unsur K
dapat menimbulkan daun mengerut dan keriting serta timbul bercak cokelat
kemerah-merahan yang akhirnya layu, mengering, dan mati. Selama pertumbuhan,
tanaman mengambil unsur-unsur N, P, dan K dari tanah. Tanaman yang tidak
dikonsumsi oleh manusia akan mati dan mengembalikan unsur-unsur tersebut ke
dalam tanah. Pada lahan tanah yang tanamannya dipanen akan mengalami kekurangan
unsur-unsur tersebut. Dengan kata lain, lahan pertanian sudah berkurang
kesuburannya. Pada pola pertanian tradisional, para petani menanam
polongpolongan guna mengembalikan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan akar
polong-polongan mampu mengikat nitrogen dari udara dan diubah menjadi senyawa
amonia dengan bantuan bakteri tanah. Untuk lahan sangat luas, pola tradisonal
dinilai kurang ekonomis. Sebagai upaya pengganti penyediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman, pakar kimia mengembangkan material, dinamakan pupuk.
2. Macam-macam Pupuk Buatan
Tujuan pemupukan adalah untuk
menyempurnakan kebutuhan unsur-unsur hara bagi tanaman. Gambar 10.18 merupakan
kegiatan pemupukan yang dilakukan manusia untuk menyempurnakan unsur hara yang
terkandung di dalam tanah dan bermanfaat bagi tanaman.
Gambar
10.18 Kegiatan pemupukan pada lahan
pertanian.
a. Kadar Nitrogen dalam Pupuk
Jenis pupuk nitrogen yang banyak
digunakan adalah pupuk urea dan pupuk ZA (amonium nitrat). Kadar
nitrogen dalam pupuk urea sekitar 46,7%. Kadar ini cukup tinggi untuk tanaman
sehingga penggunaan urea harus tepat. Agar mudah dalam penggunaan pupuk
nitrogen perlu diubah dari bentuk padat menjadi pelet seperti pada Gambar
10.19.
Gambar
10.19 Pupuk nitrogen padat di ubah menjadi
pelet sehingga mudah disemprotkan.
Tabel 10.4 Kadar Nitrogen dalam Pupuk
Pupuk
|
Kadar Nitrogen
|
Urea
|
±45%
|
ZA
|
± 20%
|
Urea diproduksi melalui reaksi
antara amonia dan karbon dioksida pada suhu 140°C dan tekanan 100 atm.
Persamaan reaksinya:
2NH3(g) + CO2(g)
→NH2CONH2(s) + H2O(l)
Dalam air, urea bersifat netral dan
mudah larut. Urea dikonsumsi oleh tanaman tidak langsung, tetapi harus diubah
dulu menjadi senyawa nitrat oleh bakteri tanah. Pupuk ZA dihasilkan dari reaksi
antara amonia dan asam nitrat, persamaan reaksinya:
NH3(g) + HNO3(aq)
→NH4NO3(s)
Pupuk ZA dapat dikonsumsi langsung
oleh tanaman. Akan tetapi, kendalanya dalam air, pupuk ZA bersifat asam
sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu, pupuk ZA kurang tepat dipakai
sebagai pupuk dasar, kecuali dicampur dengan kapur agar tanah menjadi netral.
Gambar
10.20 Siklus nitrogen di udara
Kedua jenis pupuk nitrogen tersebut
menggunakan bahan baku amonia. Di industri, amonia disintesis dari gas nitrogen
yang berasal dari udara. Hal ini menunjukkan alam merupakan sumber bahan
industri pupuk yang salah satunya siklus nitrogen seperti pada Gambar 10.20.
b. Kadar Fosfor dalam Pupuk
Sumber utama untuk pembuatan pupuk
yang mengandung unsur fosfor adalah deposit batuan yang mengandung fosfat,
yaitu kalsium fosfat (Ca3PO4). Batuan fosfat tidak
digunakan langsung sebagai pupuk karena tidak larut dalam air. Batuan fosfat
terlebih dahulu diolah dengan menambahkan asam sulfat untuk mengubah bentuk ion
PO43– menjadi bentuk ion H2PO4–.
Reaksi kimianya:
Ca3(PO4)2(s)+2H2SO4(aq)+4H2O(l)→Ca(H2PO4)2(s)+2(CaSO4.2H2O)(s)
Pupuk fosfor yang dibuat dengan cara
di atas disebut pupuk superfosfat. Di pasaran, dikenal dengan nama pupuk ES (Enkel
Superfosfat). Pupuk ES berupa padatan berwarna keabu-abuan. Pupuk ini
kurang diminati petani karena mahal dan kadar fosfornya rendah. Jika asam yang
digunakan sebagai pereaksi adalah asam fosfat (H3PO4)
maka reaksi yang terjadi:
Ca3(PO4)2(s)
+ 4H3PO4(aq) →3Ca(H2PO4)2(s)
Pupuk yang terbentuk dinamakan pupuk
TSP (Tripel Superfosfat). Pupuk TSP berupa butiran yang mudah larut
dalam air. Oleh karena itu, agar pupuk ini tidak ikut terbawa air hujan,
pemakaiannya harus dikubur dalam tanah agak dalam. Pupuk fosfat dapat juga
diproduksi dalam bentuk senyawa yang mengandung nitrogen, yaitu senyawa amonium
fosfat [(NH4)H2PO4 dan (NH4)2HPO4].
Pupuk ini dibuat melalui reaksi amonia dan asam fosfat.
Tabel 10.5 Kadar Fosfor dalam Pupuk
Pupuk
|
Kadar Fosfor
|
ES
|
±20%
|
TSP
|
± 50%
|
c. Kadar Kalium dalam Pupuk
Jenis pupuk kalium yang beredar di
pasaran dikenal dengan nama pupuk KCl dan pupuk ZK. Pupuk ZK
adalah senyawa kalium sulfat (K2SO4). Kedua jenis pupuk
ini berbentuk butiran berwarna putih. Di pasaran, kedua pupuk ini dibedakan
menurut kadar kaliumnya karena kedua pupuk ini tidak murni, tetapi mengandung
pengotor. Kadar kalium dalam kedua pupuk tersebut dapat dilihat pada Tabel
10.6.
Tabel 10.6 Kadar Kalium dalam Pupuk
Pupuk
|
Kadar Kalium
|
ZK 90
|
±45%
|
ZK 96
|
± 50%
|
KCl 80
|
± 50%
|
KCl 90
|
± 53%
|
Selain pupuk yang mengandung satu
macam unsur hara, masih ada jenis pupuk lain yang merupakan campuran
unsur-unsur hara seperti pupuk NP (mengandung unsur N dan P) dan pupuk NPK
(mengandung unsur N, P, K). Komposisinya dapat dilihat pada Tabel 10.7.
Tabel 10.7 Beberapa Jenis Pupuk Campuran
Jenis Pupuk
|
Diamofos
|
Sendawa
|
NPK
|
Nitrofoska
|
Rustika
|
Kadar N(%)
|
20
|
13
|
15
|
16
|
15
|
Kadar P(%)
|
50
|
–
|
15
|
16
|
15
|
Kadar K(%)
|
–
|
44
|
10
|
21
|
15
|
Oleh karena unsur K berperan dalam
proses fosforilasi bersama-sama dengan unsur Mg maka industri pupuk membuat
pupuk campuran yang mengandung unsur Mg. Misalnya, pupuk kalium magnesium
sulfat yang mengandung sekitar 25% K dan 10% Mg. Pupuk yang harus dipakai oleh
petani bergantung pada kesuburan tanah dan jenis tanaman yang akan diberi pupuk.
Oleh sebab itu, sebelum menggunakan pupuk tertentu perlu mengetahui dulu
kesuburan tanah (kadar unsur hara yang terdapat dalam tanah) dan jenis tanaman
yang akan ditanamnya. Untuk itu, para petani tradisional perlu diberi
penyuluhan tentang pemakaian jenis pupuk dan penyuluh perlu meneliti terlebih
dulu kadar unsur hara yang terdapat di dalam tanah agar jenis pupuk (kadar
unsur hara dalam pupuk) yang akan diberikan cocok dengan jenis tanaman yang
akan ditanamnya.
Bahan Kimia untuk Pertanian Organik
Pertanian organik bukan berarti
tidak menggunakan bahan kimia. Terdapat beberapa bahan kimia yang diperbolehkan
dipakai untuk pertanian organik. Bahan kimia yang diperbolehkan tersebut
berasal dari alam sehingga aman digunakan.
Pertanian organik mengimplikasikan
bahwa makanan ditumbuhkan dan dihasilkan tanpa campur tangan bahan kimia.
Bagaimanapun, sementara buatam pupuk kimia, pestisida, dan herbisida menghilang
dari pertanian organik, hal tersebut bukan berarti makanan bebas dari bahan
kimia.
Pertanian organik memungkinkan untuk menggunakan bahan kimia yang berasal dari
alam. Banyak botani dan mineral yang berasal dari kimia digunakan sebagai pupuk
dan pestisida pada produksi organik.
Sementara bahan kimia ini masih berbahaya, bahan kimia ini dipertimbangkan
lebih alami daripada bahan kimia yang digunakan petani tradisional. Petani
organik biasanya bekerja keras untuk memastikan mereka tidak membutuhkan bahan
kimia dengan memulai melalui tanah yang baik dan serangga yang menguntungkan.
Negara berbeda memilki regulasi yang berbeda terhadap bahan kimia yang dapat
digunakan agar tetap disebut organik. Berikut merupakan bahan popular yang
diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat.
1. Neem
Berasal dari pohon yang tumbuh di India, neem merupakan pestisida yang berefek-lambat
yang baik digunakan pada hasil pertanian dan bukan untuk dimakan. Neem
dapat digunakan untuk mengontrol ngengat gipsi, lalat putih pada ubi ketela,
kutu putih, ulat, dan serangga jenis lainnya. Neem tidak bersifat racun
terhadap mamalia.
2. Nikotin Sulfat
Bahan kimia ini berasal dari tembakau, nikotin sulfat merupakan racun bagi
serangga dan hewan berdarah panas. Pastikan Anda memakai sarung tangan jika
menggunakan bahan kimia ini. Nikotin sulfat dapat digunakan untuk membasmi kutu
dan tungau laba-laba, tapi jangan digunakan pada bunga.
3. Pyrethrum
Mungkin yang paling sering digunakan sebagai bahan kimia pada perkebunan
organik adalah Pyrethrum. Bahan kimia ini berasal dari chrysanthemums.
Pyrethrum merupakan insektisida yang kuat dan mampu menaklukan serangga
(tetapi tidak diharapkan terbunuh) dengan cepat. Bahan kimia ini sangat aman
bagi manusia. Faktanya, beberapa mengatakan, Anda dapat menggunakannua sembari
panen. Terdapat versi sintetik Pyrethrum yang tidak digunakan dalam
pertanian organik.
4. Rotenon
Rotenone berasal dari tanaman yang termasuk keluarga Leguminoceae.
Rotenone digunakan untuk mengontrol ulat memakan ramput.
5. Sabadilla
Sabadilla berasal dari biji lili dipertimbangkan sebagai pestisida organik
paling beracun. Pestisida ini sangat efektif untuk ulat, serangga labu, dan
bau. Debu sabadilla dapat mengiritasi, jadi gunakan perlindungan jika Anda
bekerja dengan pestisida alami ini.
6. Sulfur
Mineral sulfur mungkin adalah pestisida tertua dan digunakan untuk mengobati
jamur, karat hawar, busuk buah dan daun. Beberapa serangga seperti tungau
laba-laba sensitif terhadap sulfur. Sulfur dapat digunakan seperti bubuk atau
cairan. Sulfur dapat mengiritasi mata, tidak berbahaya terhadap manusia dan
mamalia lainnya.
Bahan kimia lainnya yang berasal dari alam yang dapat digunakan sebagai pupuk
adalah makanan alfalfa, kotoran kelelawar, makanan darah, makanan
tulang, dan gypsum. Bahan-bahan tersebut dan aditif lainnya dapat digunakan di
tanah dan tanaman yang tumbuh.
Tidak semua bahan kimia yang kita kenal berbahaya bagi pertanian. Anda dapat
menelitinya sebelum menggunakan di rumah, di kantor, dan di mana saja
B. TUJUAN : Membuat dan Menentukan (Standarisasi) Larutan
Na2S2O3
C. DASAR TEORI
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif
terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi
iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut
iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang
dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode
iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator
yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan
natrium thiosilfat standar atau asam arsenit) (Bassett, 1994).
Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran.
perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan
indikator amilum/kanji (Svehla, 1997).
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu
pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan
sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi
reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup
kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan
iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat
untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses
iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan
natrium thiosulfat (Day & Underwood, 1981).
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan
suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri)
adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia
(Bassett, 1994).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi
harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama sehingga boraks atau natrium seringkali
ditambahkan sebagai pengawet.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan. Berat
ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat molekularnya 248,17 karena satu
electron persatu molekul hilang. Jika pH dari larutan diatas 9 tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat.
4I2 + S2O32- + 5 H2O → 8 I - + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul , terutama jika Iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen
pengoksidasi kuat seperti garam permanganate,garam dikromat dan garam
serium(IV) mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat ,namun reaksinya tidak
kuantitatif.
Dalam standarisasi larutan-larutan tiosulfat sejumlah substansi dapat
dipergunakan sebagai standar-standar primer untuk larutan-larutan tiosulfat.
Iodn murni adalah standar yang paling jelas namun jarang digunakan karena
kesulitan dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan
adalah standar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan
membebaskan iodine dari iodide,sebuah iodometrik.
Kalium iodat dan kalium bromat megoksidasi iodide secara kuantitatif menjadi
iodine dalam larutan asam.
IO3- + 5I + 6H+ → 3I 2 + 3H2O
BrO3- + 6 I- + 6H+ → 3 I2 + Br - + 3H2O
Reaksi iodatnya berjalan cukup cepat ,reaksi ini juga hanya membutuhkan sedikit
kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih
lambat namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion hydrogen
biasanya sejumlah kecil ammonium molibda ditambah sebagai katalis.
Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahwa berat
ekivalen mereka kecil. Dalam setiap kasus berat ekivalen adalah seperenam dari
berat molecular dimana berat ekivalen KIO3 adalah 35,67 dan KBrO3 adalah 27,84
untuk menghindari kesalahan yang besar dalam menimbang,petunjuk-petunjuk biasa
mensyaratkan penimbangan sebuah sample yang besar pengenceran di dalam labu
volumetric dan menarik mundur alikuot. Garam kalium asam iodat ,KIO3 , HIO3
dapat juga dipergunakan sebagai standar primer namun berat ekivalennya juga
kecil seperduabelas dari berat molekulrnya atau 32,49.
Iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I2 adalah oksidator
lemah sedangkan iodida secara relative merupakan reduktor lemah. Kelarutannya
cukup baik dalam air dengan pembentukan triodida(KI3)
I2 + 2e → 2I –
Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi ia larut dalam larutan KI harus
disimpan pada tempat yang dingin dan gelap . berkurangnya iodium dan akibat
penguapan dan oksidsi udara menyebabkan banyak kesalahan dalm analisis dapat
distandarisasi dengan Na2S2O3.5H2O yang lebih dahulu distandarisasi dengan
senyawa lain.
Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/amilum. Iodida pada konsentrasi
< 10-5 M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya
tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai
kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi
(Khopkar, 2002).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai
indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung
yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan
kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan
tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena
warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka
terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada
dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day &
Underwood, 1981).
Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi dengan
natrium thiosulfat maka:
I3- + 2S2O32 - → 3I- + S4O62-
Selama reaksi zat antara S2O32- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai
S2O32- + I3- → S2O3I- + 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi:
S2O3I- + S2O32 - → S4O62- +I3-
Reaksi berlangsung baik dibawah pH = 5,0 (Khopkar, 2002).
Jika suatu zat pengoksid kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih biasa)
larutan asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir bereaksi
sebagai zat prereduksi, dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam
hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan dibebaskan, lalu
dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya natrium
thiosulfat (Bassett, 1994).
Potensial reduksi dari zat-zat tertentu naik banyak sekali dengan naiknya
konsentrasi ion-hidrogen dari larutan. Inilah halnya dalam sistem-sistem yang
mengandung permanganat, dikromat, arsenat, antimonat, borat dan sebagainya
yakni, dengan anion-anion yang mengandung oksigen dan karenanya memerlukan
hidrogen untuk reduksi lengkap. Banyak anion pengoksid yang lemah direduksi
lengkap oleh ion iodida, jika potensial reduksi merekanaik banyak sekali karena
adanya jumlah besar asam dalam larutan (Bassett, 1994).
Dua sumber sesatan yang penting dalam titrasi yang melibatkan iod adalah:
1. Kehilangan iod yang disebabkan oleh sifat mudah menguapnya yang cukup
berarti
2. Larutan iodida yang asam dioksidasi oleh oksigen di udara:
4I- + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O
Reaksi diatas lambat dalam larutan netral tetapi lebih cepat dalam larutan
berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodida
pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak
dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium
tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada,
karena akan direduksi oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang
selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
2HNO2 + 2H+ + 2I- → 2NO + I2 + 2H2O
4NO + O2 + 2H2O → 4HNO2
Kalium iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini bereaksi dalam larutan
berasam untuk membebaskan iodium:
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
(Day & Underwood, 1981).
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Labu ukur 100 mL
Pipet gondok 10 mL
Erlenmeyer 250 mL
Pipet tetes
Buret
Bahan :
Larutan KIO3 sebagai larutan baku
Air suling
Larutan Na2S2O3 ± 0,1 N
KI 20%
HCl 4 N
larutan kanji
Larutan H2SO4
Amonium molibdat 3%
Pemutih (bayclin sebagai aplikasinya)
E. CARA PELAKSANAAN :
Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,1 Dan
Pembuatan larutan KIO3 sebagai larutan baku
Timbang 0,1 Dan KIO3 sebanyak 0,37 gr dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Larutkan dengan air suling dan encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik
agar tercampur sempurna.
Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,1 N dengan KIO3
Bilas dan isi buret dengan larutan Na2S2O3 ± 0,1 N. Pipet dengan pipet seukuran
(pipet gondok) 10 mL larutan KIO3 ± 0,1 N, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Tambahkan 4 mL KI 20% dan 1 mL HCl 4 N. Iod yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat sampai warna menjadi kuning muda, kemudian ditambahkan
kanji dan dititrasi terus sampai warna biru hilang. Baca dan catat angka pada
buret saat awal dan akhir titrsi, tentukan dan catat volume larutan natrium
tiosulfat yang digunakan dalam titrasi. Hitung konsentrasi larutan natium
tiosulfaat.
Ulangi titrasi sampai 3 kali menggunakan volumelarutan natrium tiosulafat yang
sama. Hitung konsentrasi lautan natrium tiosulfat rata-rata.
Aplikasi menggunakan pemutih (bayclin)
1. Pembuatan larutan KIO3 sebagai larutan baku
Timbang 0,1 Dan KIO3 sebanyak 0,37 gr dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Larutkan dengan air suling dan encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik
agar tercampur sempurna.
2. Penentuan (standarisasi) pemutih (bayclin) dengan KIO3
Bilas dan isi buret dengan larutan Na2S2O3 ± 0,1 N. Pipet dengan pipet tetes
sebanyak 2 mL, masukkan dalam Erlenmeyer dan tambah 75 mL air suling, ditambah
0,3 gr KI, tambah 2 mL H2SO4 1:6 dan tambah 3 tetes ammonium molibdat 3%. Iod
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna menjadi
kuning muda, kemudian ditambahkan kanji dan dititrasi terus sampai warna biru
hilang. Baca dan catat angka pada buret saat awal dan akhir titrsi, tentukan
dan catat volume larutan natrium tiosulfat yang digunakan dalam titrasi. Hitung
konsentrasi larutan natium tiosulfaat.
Ulangi titrasi sampai 3 kali menggunakan volumelarutan natrium tiosulafat yang
sama. Hitung konsentrasi lautan natrium tiosulfat rata-rata.
F. ANALISIS DATA
1. Pembuatan Larutan KIO3
Sebanyak 0,37 gram KIO3 dalam bentuk serbuk putih dimasukkan kedalam labu ukur
100 mL kemudian ditambah air suling(aquades) tidak berwarna dikocok hingga
larut sempurna kemudian ditambahkan air lagi hingga tanda batas maka diperoleh
100 mL larutan KIO3 tidak berwarna 0,0172M atau kalau dibulatkan sekitar 0,02
M.
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3
Dari 100 mL larutan KIO3 tidak berwarna yng telah dibuat diambil 10 mL dengan
menggunakan pipet seukuran (pipet gondok) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
kemudian ditambah
4 mL KI 20% tidak berwarna kemudian ditambah lagi dengan 1 mL HCl 4N tidak
berwarna penambahan ini bertujuan untuk menjadikan suasana asam. Dari
penambahan-penambahan yang dilakukan dihasilkan larutan berwarna coklat
kekuningan kemudian larutan ini dititrasi dengan larutan Na2S2O3 tidak berwarna
hingga larutan berwarna kuning muda. Setelah menjadi kuning muda larutan
ditambah dengan 4 tetes larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah warna
menjadi biru hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan terdapat I2 dan larutan
kanji ini berfungsi sebagai indicator. Kemudian titrasi dilanjutkan lagihingga
warna biru tepat hilang hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak
terdapat lagi I2 melainkan telah menjadi I- . percobaan ini dilakukan sampai
tiga kali dengan diperoleh data volum Na2S2O3 yang digunakan sebagai berikut:
V1 = 7,2 mL , V2 = 7,1 mL , V3 = 7,0 mL. sehingga perhitungannya sbb
Persamaan reaksinya:
2 IO3- + 12 H+ + 10 e → I 2 + 6 H2O x 1
2 I - → I2 + 2e x 5
2 IO3- + 12 H+ + 10 I-- → 6 I2 + 6 H2O
I2 + 2e → 2I-
2 S2O3 2 - → 2e + S4O62-
2S2O32- + I2 → S4O62- + 2 I -
Massa KIO3 yang digunakan adalah 0,37 gram , Mr = 214,0042 dan n = 6
N KIO3 = gram . n
Mr . V
= 0,37 x 6
214,0042 . 0,1
= 0,1037 N
Pada percobaan pertama
mKIO3 = 0, 37 gram
V Na2S2O4 = 7,2 mL
molek KIO3 = molek Na2S2O3
N1 . V1 = N 2 . V2
0,1037 . 10 = N2 . 7,2
N Na 2 S 2O 3 = 0,1440 N
Pada percobaan kedua
mKIO3 = 0,37 gram
V Na2S2O4 = 7,1 mL
molek KIO3 = molek Na2S2O3
0,1037 . 10 = N2 . 7,1
N Na 2 S 2O 3 = 0,1460 N
Pada percobaan ketiga
mKIO3 = 0,37 gram
V Na2S2O4 = 7,0 mL
molek KIO3 = molek Na2S2O3
N1 . V1 = N 2 . V2
0,1037 . 10 = N2 . 7,0
N Na 2 S 2O 3 = 0,1481 N
Jadi N rata – rata Na2S2O3 yang diperoleh dari ketiga percobaan ini adalah
0,146 N. Normalitas yang dihasilkan ini digunakan untuk mencari data pada percobaan
berikutnya.
Aplikasi Titrasi Iodometri Dengan menentukan kadar Cl2 pada pemutih(bayclin)
Dengan mengukur berat jenis pemutih (bayclin) diperoleh massa pikno 20 gram dan
massa kotor pemutih 75 gram sehingga massa pemutih adalah 55 gram dengan volum
50 mL sehingga diperoleh berat jenis pemutih sebesar 1,1 gram/mL. kemudian dari
50 mL diambil 2 mL dari pemutih (tidak berwarna) dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer lalu ditambah aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat kemudian
ditambah 0,3 gram KI berupa serbuk putih sehingga dihasilkan larutan berwarna
coklat kekuningan kemudian ditambah lagi lagi dengan 2 mL H2SO4(tidak berwarna)
dengan tujuan untuk menjadikan suasana asam serta ditambahkan juga dengan 3
tetes Amonium molibdat 3% (tidak berwarna) sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi. Dari penambahan-penambahan yang dilakukan ini diperoleh larutan
berwarna coklat tua dan terdapat endapan. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
tidak berwarna sampai larutan berwarna kuning muda dan endapan menghilang.
Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah dengan 5 mL larutan kanji tidak
berwarna maka larutan berubah warna menjadi ungu kehitaman hal ini menunjukkan
bahwa didalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi sebagai
indicator. Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga warna ungu kehitaman tepat
hilang hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak terdapat lagi I2
melainkan telah menjadi I- . percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan
diperoleh data volum Na2S2O3 yang digunakan sebagai berikut:
V1 = 16,6 mL , V2 = 19,7 mL , V3 = 17,7 mL. sehingga perhitungannya sbb:
Cl2 + 2 I - → 2Cl - + I2
I 2 + 2 S2O32 - → S4O 62 - + 2 I-
Pada percobaan pertama
massa sampel = V x ρ
= 2 x 1,1
= 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 16,6 = molek Cl2
2,4236 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0024 x 35,5
1
= 0,0852 gram
% massa Cl2 = massa Cl2 x 100%
massa sampel
= 0,0852 x 100%
2,2
= 3,8727 %
= 3,88 %
Pada percobaan Kedua
massa sampel = V x ρ
= 2 mL x 1,1 gram/mL
= 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 19,7 = molek Cl2
2,8762 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0029 x 35,5
1
= 0,1029 gram
% massa Cl2 = massa Cl2 x 100%
massa sampel
= 0,1029 x 100%
2,2
= 4,6772 %
= 4,68 %
Pada percobaan Ketiga
massa sampel = V x ρ
= 2 mL x 1,1 gram/mL
= 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 17,7 = molek Cl2
2,5842 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0026 x 35,5
1
= 0,0923 gram
% massa Cl2 = massa Cl2 x 100%
massa sampel
= 0,0923 x 100%
2,2
= 4,1954 %
= 4,19 %
Jadi kadar rata-rata Cl2 dalam sampel pada percobaan ini adalah sekitar 4,25 %
Perhitungan kesalahannya adalah:
Kesalahan % = (∆ X/Xrata-rata) x 100%
Diketahui : X maks = 4,68 % = 0,0468
X min = 3,88 % = 0,0388
Penyelesaian :
∆X = (Xmaks – Xmin)/2
= (0,0468-0,0388)/2
= 0,008/2 = 0,004
X rata-rata = (Xmaks + Xmin)/2
= (0,0468 + 0,0388)/2
= 0,0428
Kesalahan% =(0,004/0,0428) x 100%
= 9,3458 %
= 9,36 %
DISKUSI
1. Untuk menentukan titik akhir suatu titrasi harus dilakukan secara cermat dan
teliti , kelebihan larutan Na2S2O3 sedikit saja saat titik akhir sudah tercapai
akan membuat larutan Erlenmeyer tidak berwarna padahal seharusnya berwarna
kuning muda dan sebaliknya apabila larutan Na2S2O3 masih kurang maka warna
kuning yang diinginkan tidsk sesuai karena warnanya kurang muda(terlalu pekat),
sehingga akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan untuk menentukan
normalitas Na2S2O3. Titik akhir titrasi tidak jauh berbeda dengan titik
ekivalennya, namun karena faktor keterbatasan indera penglihatan membuat titik
akhir titrasi tidak tepat dengan titik ekivalennya.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai normalitas sebagai larutan baku adalah 0,1037 N, sedangkan nilai
normalitas larutan Na2S2O3 rata-rata adalah 0,146 N
2. Untuk aplikasi iodometri yaitu penentuan kadar Cl2 dalam pemutih(bayclin)
diperoleh kadar rata-rata sebesar 4,25 %
Senin, 14 September 2009
Tugas awal
- Sebutkan 5 contoh literatur primer
dan sekunder yang anda ketahui!
- Tuliskan 2 alamat situs sumber
informasi kimia, 2 alamat direktori internet dan 2 alamat mesin pencari!
- Jelaskan 2 macam protokol internet!
- Definisikanlah istilah ”Basis data”!
- Sebutkan perbedaaan antara www dan
internet!
JAWAB :
- literatur
primer adalah informasi yang diperoleh secara langsung dari ”tangan
pertama.”
contoh: laporan penelitian, buku
teks, laporan hasil seminar,tesis, artikel yang dimuat di majalah atau surat
kabar.
Literatur sekunder yaitu segala jenis tulisan atau
informasi yang diperoleh dari sumber informasi kedua
Contoh: buku indeks, bibliografi,
katalog perpustakaan,ensiklopedia, buku atau majalah seri atau abstrak.
- Dua
situs sumber informasi kimia
Kimia
Tabel periodik
http://kimiakitaonline.com yaitu situs yang berisi
informasi kimia, jurnal,software, tutorial dan dictionary situs yang
berhubungan dengan kimia
http://kimia Indonesia.com , merupakan situs kimia indonesia yang memuat artikel kimia, jurnal,
olimpiade kimia Indonesia, profil nobel kimia, tabel periodik,dll
Reaksi kimia
Alamat direktori internet :